Monday 17 October 2016

Flora in Thesisland : Untuk saat ini "entahlah!" dulu

Seminggu terakhir ini adalah hari-hari yang berat bagi dunia pertesisan, tesis ku. Semenjak seminar proposal Mei lalu, aku baru konsultasi ke dosbing kembali baru awal september lalu. Hal ini jadi pertanyaan bagi dosbing, orang tua dan aku sendiri “kenapa lama banget baru bimbingan lagi?” jawabannya waktu itu memang mendekati libur dan bulan Ramadhan jadi gak punya niat yang kuat untuk kembali ke kampus dan berdiskusi, terlebih masukan-masukan yang sedikit membingungkan (bingung banyak sih) harus dimulai darimana. Aah berat memang rasanya apalagi cuma dipikirin terus tapi ga dikerjain kan.

Bimbingan ke dosbing 1 di Bulan september Alhamdulillah lancar dan tidak sulit. Namun untuk dosbing 2 susah untuk mencocokkan jadwal beliau karena kesibukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Untuk 3 dosen  lainnya entahlah aku sudah feeling sangat sulit hanya untuk bertemu dan berdiskusi. Terbukti dosen yang rumahnya 1 komplek dengan kosan ku aja sulit banget  untuk ditemui, jangankan bertemu membalas pesan aja enggak. Duh bapak~

Tadi siang baru bimbingan kembali dengan dosbing 2, setelah mulai janjian dari akhir bulan September lalu. Ketidaksinkronan ide antar pembimbing jadi bikin sedikit blue dan melow, selama masa kuliah, ini adalah kali kedua nangis di depan dosen, yang dulu bukan karena tugas akhir sih tapi tugas besar semester 4 yang bikin ga belajar buat UAS dan berakhir dengan nilai 1 mata kuliah itu  amburadul, bukan cengeng dan minta perhatian tapi memang hanya bisa mencurahkan emosi yang meluap dengan begitu, menangis. Lega ? enggak, lega mah kalo udah pake toga hijau neon itu, tapi setidaknya dosen tahu apa yang aku rasain (gitu sih harapannya), “korban” perbedaan ide dan sempat dibilang “pengadu domba” karena miss komunikasi. Gini amat sih nasib akhir kuliah ku yaa.
Aku jadi merindukan tugas akhir partner-an, susah, senang, nangis, down, semangat, bangkit ada temennya, ada orang yang ngerasain hal yang sama, ada yang saling menguatkan. Sekarang ga mikir kapan wisuda yang penting lulus aja dulu wisuda mah selebrasinya. Desperate banget yaa.
Kalau cerita mahasiswa tingkat akhir hanya berapa persen lah penuh dengan yang manis-manis selebihnya dipenuhi do’a dan zikir, keluhan, rasa eneg, air mata, hilang semangat dan down.
Kata-kata “semangat yaaa!” udah ga mempan lagi jadi semacam antibiotik mental. Doa terus sama ketegaran hati sih yang sekarang lagi dipupuk.
Hasil gambar
Source